“Ma, minta uang dong!”
“Buat apa, Nak?”
“Mau beli mainan, Ma. Teman Raffi punya mainan baru"
"Loh, emangnya kalau teman punya Raffi harus punya juga?"
"Nggak sih, Ma. Tapi kan Raffi bisa punya juga"
"hiyaaaaa hiyaaaaa"
"Loh, emangnya kalau teman punya Raffi harus punya juga?"
"Nggak sih, Ma. Tapi kan Raffi bisa punya juga"
"hiyaaaaa hiyaaaaa"
Siapa disini yang butuh stok sabar buat ngadepin anak yang lagi minta sesuatu? Tenang, saya juga. Kalau dulu, mereka bisanya nangis biar kita kasih barang yang dimaui. Tapi kalau sudah masuk usia bisa diajak debat itu memang butuh effort untuk memberikan pemahaman agar bisa diterima dengan baik oleh mereka.
Anak-anak suka saya ajari sebab-akibat dari dulu. Jadi dalam berbagai hal, dia akan dapat menikmati baik buruk sesuatu karena perbuatan dia sebelumnya. Termasuk masalah uang, minta mainan, jajan dan sejenisnya.
Tapi seiring usia anak yang bertambah, konsep sebab akibat yang sederhana ini memang harus ditambah juga agar bisa diterima mereka. Namanya juga orang tua kan? Mau tidak mau tetap cari akal bagaimana bisa mengajarkan nilai-nilai untuk anak, termasuk belajar literasi keuangan.
Karena kalau tidak, anak akan tumbuh seenaknya dalam keuangan. Pasti banyak nemukan anak yang nangis guling-guling minta sesuatu, atau minta gadget denga memaksa. Iye kalau kitanya lagi punya uang. Lah, kalau kita punya kalau nggak bisa apa?.
Dan memang belajar keuangan dengan penerapan sederhana sejak dini itu penting. Percaya atau tidak, Generasi Z sekarang dibanding millenial lebih kreatif dan pintar mengelola keuangan. Dan ini yang akan kita ajarkan pada anak, agar bisa menggunakan uang dengan bijak.
Prudential melihat pentingnya belajar literasi keuangan sejak dini. Karena itulah, Prudential dengan Prudence Foundation menciptakan Cha-Ching berkolaborasi bersama JA Asia Pasific, yang merupakan LSM Global terbesar yang mendedikasikan diri untuk mempersiapkan anak muda mandiri secara ekonomi.
Pasti masih bingung, Cha-Ching ini apa. Ye kan?
Buat yang pernah nonton Cartoon Network, Cha-Ching ini adalah program film yang mengajarkan literasi keuangan. Dengan harapan membantu anak usia 7-12 tahun paham keuangan sejak dini, Cha Ching diadaptasi menjadi sebuah kurikulum sekolah dan lahirlah Kurikulum Cha-Ching ini.
Pemerintah, khususnya Kemendikbud DKI Jakarta, menyambut baik program pentingnya literasi keuangan di tingkat SD ini. Karena itulah pada tanggal 20 Februari 2019, saya datang ke peluncuran Kurikulum Cha-Ching di gedung F Kemendikbud. Tidak hanya itu, disana juga hadir 200 lebih guru di DKI Jakarta yang akan diberikan pelatihan tentang kurikulum Cha Ching
Saya sendiri kaget pas datang, ya ampun banyak banget yang datang apalagi ini masih pagi banget. Ternyata, para guru juga antusias dengan program Cha Ching ini. Apalagi, melihat kesuksesan program literasi keuangan SD di Sidoarjo. Jadi diharapkan program Cha Ching ini dapat membantu menanamkan keterampilan pengelolaan keuangan dasar, terutama untuk SD di DKI Jakarta.
Dalam sambutannya Mr Jens Reisch, Presiden Direktur Prudential Indonesia, mengatakan bahwa dengan program Cha Ching di awal tahun ini diharapkan pemahaman dasar untuk usia 7-12 tahun sekolah dasar ini penting demi membentuk karakter finansial tepat sebagai bekal saat dewasa nanti.
Saat konferensi pers ditambahkan oleh Ibu Nini Sumohandoyo, Sharia, Goverment Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia, kalau Prudential Indonesia melihat dengan adanya program Cha Ching ini sesuai dengan fokus We DO Good.
Sedangkan Mr Marc Fancy, Direktur Eksekutif Prudence Foundation, juga mengatakan kalau saat ini program Cha Ching memang fokus pada anak usia 7-12 tahun. Agar anak-anak memiliki bekal pemahaman keuangan dasar sejak dini demi masa depan mereka. Dengan mengemas kurikulum Cha Ching lebih menarik karena bentuk kartun dan lagu, anak lebih mudah memahaminya.
Ibu Vivian Lau, President JA Asia Pasific, dan Siddharta Moersjid, Ketua Dewan Nasional Prestasi Junior Indonesia, kompak memberikan statement kalau memberikan kurikulum Cha Ching di sekolah dasar sangatlah penting untuk membuat generasi masa depan yang lebih pintar dalam mengelola keuangan. Karena mereka akan lebih siap dalam membentuk pribadi yang cerdas mandiri finansial.
Pak Bowo Irianto, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan Dr. Khamim, M.Pd, direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, senada mengatakan kalau pemerintah sangat menyambut baik adanya program Cha Ching ini. Dan mengajak semua kalangan, bukan hanya dari guru dan pemerintah, tapi juga keluarga apalagi pendidikan pertama dimulai dari dalam keluarga itu sendiri.
Indikator keberhasilan program Cha-Ching ini akan terlihat saat dievaluasi di satu semester kurikulum. Dan paling tidak anak nanti akan paham bagaimana aliran uang yang ada dan lebih bijak saat memiliki uang.
Program Cha-Ching ini pertama kalinya diperkenalkan tahun 2012 melalui web Cha-Ching dan juga ada di media sosial, sudah berhasil mencapai 1,4juta orang melakukan program ini. Sedangkan, di Indonesia sendiri sejak tahun 2015-2017 ada yang namanya Cha-Ching goes to School untuk 3000 lebih siswa di Jabodetabek.
Program Cha-Ching ini masuk kurikulum pertama kali di Sidoarjo, Jawa Timur, pada tahun 2017 da menjangkau lebih dari 29ribu siswa SD di Sidoarjo. Melihat impact yang sangat bagus dari program Cha Ching di Sidoarjo ini, akhirnya DKI Jakarta juga menerapkan kurikulum Cha-Ching. Apalagi mengingat DKI Jakarta adalah tempat perputaran uang yang besar di Indonesia. Diharapkan bersama-sama dapat memujudkan generasi masa depan yang paham keuangan.
Kemarin saya lihat guru-guru yang hadir antusias kok. Mulai dari pembacaan materi hingga materi role play yang ternyata sangat menyenangkan anak-anak. Nanti ada lembar kerja siswa, jadi di rumah ada interaksi dengan orang tua. Kembali lagi, keluarga adalah tempat pertama dalam hal belajar apapun.
Para guru berdiskusi tentang kurikulum Cha-Ching
Para blogger berfoto bersama Ibu Nini Sumohandoyo,
Sharia, Goverment Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia.
Belajar Literasi Keuangan Lebih Menyenangkan dengan Kurikulum Cha-Ching
Dikemas dengan lagu dan karakter kartun yang pasti diterima dunia anak-anak, Cha-Ching akan lebih mudah diingat dan dipahami untuk belajar keuangan sejak dini. Apalagi sudah dibuat kurikulum sedemikian rupa yang terperinci sehingga anak gampang mengikuti.
Selain itu, ada 6 karakter yang kuat dalam membuat konsep kurikulum Cha-Ching tergabung dalam band. Yang satu sama lain saling menjaga, berteman, bermusik dan mengingatkan tentang bagaimana mengelola keuangan yang baik.
Selain itu, ada 6 karakter yang kuat dalam membuat konsep kurikulum Cha-Ching tergabung dalam band. Yang satu sama lain saling menjaga, berteman, bermusik dan mengingatkan tentang bagaimana mengelola keuangan yang baik.
Yakin deh, kurikulum Cha-Ching ini bakal cepat diserap anak-anak kok! Saya saja yang nonton sebentar langsung paham. Coba deh, nonton salah satu video Cha-Ching sebentar di bawah ini!
Mendapatkan (Earn)
Sosok Prudence yang memang dibuat dengan karakter yag sangat mengerti perencanaan keuangan. Dia mencatat semua pemasukan dan pengeluaran keuangannya. Selain itu, Prudence juga mengajari bagaimana bisa mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. Ada juga sosok Justin yang menyewakan peralatan band da mendapat uang dari sewa alat tersebut. Selain itu, saat band tampil mereka semua akan mendapatkan upah bayaran dari pertunjukan band itu.
Alur ini bakal mengajarkan anak bahwa untuk mendapatkan uang diperlukan usaha dan perencaan keuangan yang tepat. Sehingga diharapkan anak akan lebih mengerti bahwa untuk mendapatkan uang itu tidaklah mudah, karena harus bekerja atau berbisnis. Yang penting halal yaaaaa.
Nah, bagaimana perputaran uangnya? Cekidot yaaa...
Menabung (Save)
Selain Prudence yang rajin menabung, juga ada karakter Zul yang harus menabung jika ingin membeli sesuatu seperti buku yang diinginkanya. Ada banyak tempat untuk menabung, seperti celengan, bank dengan rekening
sendiri qq orang tua, atau juga bisa dititipkan pada orang tua.
Kalau dulu, anak masukin koin atau uang kertas ke celengan karena suka kegiatan yang dilakukan berulang-ulag ini. Kalau sudah besar anak mulai diajari bahwa dengan menabung, impian apapun bisa diwujudkan.
Jangan lupa menuliskan impian dan alasan menabung di celengan, supaya anak makin semangat menabung. Kira-kira ada yang tahu apa impian dan alasan menabung Raffi?
Raffi belajar menabung
Belanja (Spend)
Karakter di bagian ini si Pepper, si gadis pemilik toko buku. Sebenarnya juga ada karakter Bobby yang juga mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu. Yang pasti, anak akan diajarkan membedakan kebutuhan dan keinginan, lalu diajarkan untuk belajar bersabar untuk mendapatkan sesuatu. Anak juga akan diajari bila uangnya dibelanjakan dan habis, maka anak harus mulai dari awal lagi untuk mendapatkan uang kembali.
Jadi paling tidak, say goodbye sama rengekan anak meminta sesuatu ya kan?
Menyumbang (Donate)
Kenapa anak harus diajarkan untuk berdonasi atau menyumbang? Selain melatih jiwa sosial dan berbagi bersama, anak juga belajar kalau membantu orang lain yang membutuhkan itu akan menjadikan dunia lebih baik. Selain itu, perasaan setelah beramal dan berbuat baik akan terasa sangat menyenangkan .
Pada bagian ini ada karakter Charity yang jadi ikon. Charity juga mengajarkan bahwa dalam beramal kita bukan hanya bisa memberikan uang, tapi juga waktu, tenaga dan barang buat orang yang membutuhkan.
Yang pasti, program apapun untuk membentuk karakter anak memang perlu banyak dukungan dari berbagai pihak. Kita yang harus bersama-sama mewujudkannya dengan dibantu berbagai pihak. Semua demi anak-anak kita, generasi penerus bangsa dan masa depan Indonesia.
Sudah siap belajar literasi keuangan bersama Kurikulum Cha-Ching?
Senang banget ya ada program ini, aku ikutan nonton dan ingin segera mengenalkan dengan anak-anak, kartunnya lucu dan edukatif banget. Info soal literasi keuangan ini mantap ya Cha-Ching keren deh.
BalasHapusWah.. iya. Bagus nih dijadikan kurikulum. Supaya ada sinergi antara orang tua dan sekolah soal literasi keuangan pada anak. Anak2 dikenalin literasi keuangan sejak dini itu penting banget. Soalnya gak jarang kan anak2 pikir mau apa2 itu tinggal gesek aja di ATM. Padahal biar ATM bisa ngeluarin uang, ada keringat bahkan gak jarang sampai air mata yang bercucuran hihi...
BalasHapusBagaimana tuk mendapatkan celengan chacing itu ya...buat anak sy..beli dimanakah..mohon dibantu
BalasHapus