"Pa, kesininya kapan? Aku dah mau lahiran loh"
"Oh iya, lupa Papa beli tiket"
"Rencananya kapan berangkatnya, Pa?"
"Yo paling deket-deket jadwal lahiranmu"
"Tapi ini kan mau lebaran. Kalau beli ndadak sekarang pasti ndak ndapet, Pa"
Lahiran ini adalah pertama kalinya saya melaluinya tanpa Mama. Sebelumnya selalu ditemani walau lewat telepon. Dan setelah Mama tiada, rencananya Papa yang akan datang menemani.
Seminggu sebelum jadwal sesar, saya ketuban rembes. Jadi sampai lahiran sama sekali tidak kemana-mana, walau hawa nesting (bersih-bersih) itu sangat besar. Saya hanya turun dari kasur untuk mandi dan makan, untungnya si Papih mau tidak mau sigap menjaga anak lainnya. Padahal saya tahu, target kerjaan kantor dikejar libur lebaran. Tapi Papih tetap ada buat saya. Alhamdulillah.
Sayangnya Papa tidak segera membeli tiket kereta online ke Jakarta jauh-jauh hari. Rencananya, Papa akan di sini menjaga cucu-cucunya selama saya akan-saat-sesudah lahiran. Namun saat cek ketersediaan tiket kereta online disini, harganya sudah mahal banget. Dan kami tidak ada budget lebih untuk membelinya.
"Yo wes, Nak! Papa doain lahirane lancar"
"Iya, Pa"
Iya, Papa tidak jadi menemani saya lahiran. Sedih sih, sangat. Tapi mau gimana lagi. Saat itu THR kami alokasikan untuk kepentingan prioritas lainnya. Untungnya Papa mengerti. Dari jauh dia hanya bisa mendoakan saya lahiran.
Kembali ke prosesi lahiran. Karena saya sesar jadi sudah take tanggal kapan-kapannya. Saya pilih tanggal 27 karena itu belum waktu liburan kantor (Dengan harapan urus BPJS lebih gampang ke kantor) dan dokter kandungan juga belum cuti. Papih yang akhir bulan kena target cabang, sudah gak kepikir. Dia tetap mendahulukan saya untuk lahiran.
Malam sebelum lahiran, saya sempatin untuk foto-foto sekeluarga di photobox dan menemani anak-anak puas bermain di time zone. Yah, sebentar lagi status kami masing-masing akan berubah. Semua terlahir kembali karena adanya dede bayi yang akan datang di keluarga kami.
Paginya kami berangkat santai ke rumah sakit. Setelah menyelesaikan administrasi, saya ke ruang persiapan. Sambil menunggu giliran di operasi, Amel datang menemui saya. Iya, karena Papa batal datang ke Jakarta jadi Amel yang membantu Papih jagain anak. Karena saya tahu, Papih pasti sudah tidak akan konsen menjaga anak-anak. Tengkyu ya, Mel.
"Oh iya, lupa Papa beli tiket"
"Rencananya kapan berangkatnya, Pa?"
"Yo paling deket-deket jadwal lahiranmu"
"Tapi ini kan mau lebaran. Kalau beli ndadak sekarang pasti ndak ndapet, Pa"
Lahiran ini adalah pertama kalinya saya melaluinya tanpa Mama. Sebelumnya selalu ditemani walau lewat telepon. Dan setelah Mama tiada, rencananya Papa yang akan datang menemani.
Seminggu sebelum jadwal sesar, saya ketuban rembes. Jadi sampai lahiran sama sekali tidak kemana-mana, walau hawa nesting (bersih-bersih) itu sangat besar. Saya hanya turun dari kasur untuk mandi dan makan, untungnya si Papih mau tidak mau sigap menjaga anak lainnya. Padahal saya tahu, target kerjaan kantor dikejar libur lebaran. Tapi Papih tetap ada buat saya. Alhamdulillah.
Sayangnya Papa tidak segera membeli tiket kereta online ke Jakarta jauh-jauh hari. Rencananya, Papa akan di sini menjaga cucu-cucunya selama saya akan-saat-sesudah lahiran. Namun saat cek ketersediaan tiket kereta online disini, harganya sudah mahal banget. Dan kami tidak ada budget lebih untuk membelinya.
"Yo wes, Nak! Papa doain lahirane lancar"
"Iya, Pa"
Iya, Papa tidak jadi menemani saya lahiran. Sedih sih, sangat. Tapi mau gimana lagi. Saat itu THR kami alokasikan untuk kepentingan prioritas lainnya. Untungnya Papa mengerti. Dari jauh dia hanya bisa mendoakan saya lahiran.
Kembali ke prosesi lahiran. Karena saya sesar jadi sudah take tanggal kapan-kapannya. Saya pilih tanggal 27 karena itu belum waktu liburan kantor (Dengan harapan urus BPJS lebih gampang ke kantor) dan dokter kandungan juga belum cuti. Papih yang akhir bulan kena target cabang, sudah gak kepikir. Dia tetap mendahulukan saya untuk lahiran.
Menanti waktu lahiran
Pagi yang cerah dan normal
Tidak ada sebersit pikiran apa-apa tentang lahiran ini
Semua seperti biasa, secara ini bukan yang pertama kali saya sesar. Rasa deg-degan wajar saja tidak seperti kelahiran anak-anak yang lain. Selow banget pokoknya. Entah, rasa ikhlas itu sepertinya mulai ada.
Masuk ruang operasi sambil baca bismillah. Dianastesi dari bagian punggung, mulai terasa mati rasa bagian tubuh dan bismillah operasi dimulai. Beberapa kali lahiran operasi sesar saya baru nyadar loh kalau dokter kandungan saya yang memulai persiapannya sendiri. Seperti mensterilkan bagian badan saya di area operasi dengan entah apa itu, rasanya dingin gitu (Lah wong saya nggak liat ketutupan kain soale).
Dan sret sret sret….Alhamdulillah lahir putra kami melengkapi kakak-kakak laki lainnya. Kalau dulu saya nangis terharu, pas lahiran ini cuma bilang, "Alhamdulillah. Akhirnya".
Kemudian operasi dilanjut dengan steril atau tubektomi. Iya, saya berniat steril memang mengingat anak kami sudah banyak. Dokter kandungan saya pun meminta ijin untuk melakukan proses steril.
Tiba-tiba…..
Saya seperti tidak bisa napas, berat banget rasanya. Ternyata saya pendarahan saat akan disteril. Karena ternyata terjadi perlengketan. Entah. Wallahu alam.dokter pun minta maaf tidak bisa melanjutkan operasi sterilnya, karena bahaya banget.
Keluar ruang operasi, saya dibolehin IMD. Tadinya tidak dibolehin karena takut saya drop. Tapi akhirnya dibolehin. Alhamdulillah
Senang rasanya melihat dia yang baru lahir ada dalam pelukanku. Ooo ini toh yang 9 bulan ada di perut. Ooohh ini toh yang selalu bikin Mamihnya mual muntah. Dan ooh ini toh yang bikin mama sejuta kisah buat anak
Setelah IMD, saya tranfusi darah 2 kantong pasca operasi. Di ruang pemulihan, saya lama banget karena masih drop. Tapi ada momen bahagia, saya lihat banyak bapak-bapak yang menangis terharu saat pertama kali ketemu dan mengadzanin bayi mereka. MasyaAllah.
Masuk ruang operasi sambil baca bismillah. Dianastesi dari bagian punggung, mulai terasa mati rasa bagian tubuh dan bismillah operasi dimulai. Beberapa kali lahiran operasi sesar saya baru nyadar loh kalau dokter kandungan saya yang memulai persiapannya sendiri. Seperti mensterilkan bagian badan saya di area operasi dengan entah apa itu, rasanya dingin gitu (Lah wong saya nggak liat ketutupan kain soale).
Dan sret sret sret….Alhamdulillah lahir putra kami melengkapi kakak-kakak laki lainnya. Kalau dulu saya nangis terharu, pas lahiran ini cuma bilang, "Alhamdulillah. Akhirnya".
Kemudian operasi dilanjut dengan steril atau tubektomi. Iya, saya berniat steril memang mengingat anak kami sudah banyak. Dokter kandungan saya pun meminta ijin untuk melakukan proses steril.
Tiba-tiba…..
Saya seperti tidak bisa napas, berat banget rasanya. Ternyata saya pendarahan saat akan disteril. Karena ternyata terjadi perlengketan. Entah. Wallahu alam.dokter pun minta maaf tidak bisa melanjutkan operasi sterilnya, karena bahaya banget.
Keluar ruang operasi, saya dibolehin IMD. Tadinya tidak dibolehin karena takut saya drop. Tapi akhirnya dibolehin. Alhamdulillah
Senang rasanya melihat dia yang baru lahir ada dalam pelukanku. Ooo ini toh yang 9 bulan ada di perut. Ooohh ini toh yang selalu bikin Mamihnya mual muntah. Dan ooh ini toh yang bikin mama sejuta kisah buat anak
Transfusi. Thanks yang sudah sering donor
Ini jam 12 malam, mereka menunggu ibunya
Masuk kelas 2 saat paginya. Alhamdulillah rada enakan ruangannya. Tapi anak-anak saya lainnya datang saat jam besuk saja bareng Papih. Saya ya sendirian tidak ada yang nemeni. Huhuhu.
Sedih seh. Coba Papa datang buat nemenin saya lahiran huhuhu. Coba papa beli tiket kereta lebih cepat jauh-jauh hari. Huhuhu. Iya andai.
Tapi ya sudahlah dah lewat ini kan. Yang penting semua sehat dan dicover full. Hehehehe. Gak ada sepersenpun kudu dibayar saat lahiran ini.
Beberapa sahabat yang menjenguk
Yang ga ada potonya maapkaaan.
Tapi kumencintaimuuu uwoooo uwooo
Saat mereka baru pertama kali berjumpa
Rafif AA
27 Mei 2019
2.8kg
45cm
Anak soleh pemimpin yang dihormati.
Say hi! Assalamualaikum
Barakallah, semoga jadi anak sholeh yaa Rafif. Trus akhirnya nggak jadi steril dong, mbak? Tapi daripada makin bahaya kan ya. Mending pakai cara yang lain.
BalasHapusRafif ganteng sholiiiihh
BalasHapusGapapa ya Kakung ngga datang pas Rafif lahir, yang penting doanya kaann
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Waalaikumsalam rafif.. terharu aku mbak'e
BalasHapusMau steril tapi belom bisa tuh rasanya gimana sakitnya? :')
Selamat ya...proses lahiran lancar dan anak juga sehat...
BalasHapusSemoga anak membawa berkah..arinamanya indah..semoga jadi dia yang makbul..
Jadi inget cerita Echa yang terus-terusan mual. Alhamdulillah, lahir juga anak ganteng ini. Sehat selalu ya, Rafif. :)
BalasHapusUnyuu banget fotonyaa, hii Rafif ganteng anak sholih.
BalasHapusYaampun mba sempet banget dandan, aku mau lahiran udah ribet sendiri, pengen dandan tapi udah lupa. Hahaha
Abis SC ketiga kalinya sakit ngga ?
Allhamdulillah lahirannya lancar ya walaupun gak bisa ditemenin papa. Rafif lucu banget sih mukanya bikin gemes. Oh kemarin cesar sekalian streil ya biar sekalian
BalasHapusya ampun lucunya, bayi aja udah bisa bergaya ya.
BalasHapusSemoga terkabul doa kedua orang tua yang tersemat dalam namamu ya dek
Yang penting semua sehat dan dicover full. Hehehehe. Gak ada sepersenpun kudu dibayar saat lahiran ini. > bagian ini yang jadi favoritku hahahah, udahlah yang penting dicover
BalasHapushalo dede rafif, imut sekalii dirimuuu. saingin emak echa yg bilangnya imut tenan ya...pdhl imutan rafif ya kan? hehehe. selamat (sekali lagi) ya mak echa dan keluarga :)
BalasHapusMbayuuu terus gimana sekarang ga ada keluhan karena nda jadi steril? aku mules bacanya hehehe
BalasHapusGpp Papa ga nemenin y mbayu yang penting Mbayu dan anak-anak sehat semuanya..#MasyaAlloh kasep kabehhh
barakallah ya Mak... Tak terasa saya baca cerita kata demi kata, jadi inget pas saya sesar. Semoga jadi anak soleh ya. amiin. Btw fotonya unyu bangeeeeet
BalasHapusAlhamdulillah lancer semuaaa ya Cha..kecuali pas mau tubektomi. Btw 3 R mirip - miriiip ya semua. Yang penting all the kids and mommy are healthy. Congratulations sekali lagiii
BalasHapusHaduhhh aku ikut deg-degan bacanya. Alhamdulilah, barakallah ya buat kelahiran ananda Rafif. Semoga menjadi anak sholeh yang memuliakan orang tua.
BalasHapusSo cute! Baby posenya itu loo gemesin banget. Bagus fotonya. Semoga jadi anak shalih sehat selalu ya, Rafif.
BalasHapusDedeknya ganteng banget :)
BalasHapusSelamat ya, mba...semoga jadi anak yang soleh dan kebanggaan orangtuanya..
Duuh cakep banget si adek, gemes banget ih. Sehat" terus ya dek Rafif yang ganteng. Semoga jadi anak soleh yang membanggakan orang tua.
BalasHapusSaluuut bangeeeet sama kamu Cha. Setiap lahiran kamu selalu tabah. Apalagi pas Rafif ini. Aku ikut mantengin di sini. Sejak kamu bilang di grup mau Caesar, sampe kamu akhirnya bilang udah lahiran, aku ikut dek-dekan. Lancar pisan kayak buang air aja. Aku mana sanggup begitu. Sehat-sehat selalu mami Echa dan 3 jahoannya ya 😘
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusHebatnya kak Echa...habis lahiran langsung menyapa fans di grup wag emak-emak blogger.
Barakallahu fiikum...
Semoga Allah mudahkan, sehatkan dan berkah selalu, Mama imuutt...
Barakallahu, ketiganya jagoan semua ya mak, kelak yang bakal jagain mak echa kemana-mana nih dan btw baca cerita proses SC kebayang pas aku SC anak kedua
BalasHapusSemua terlahir kembali karena adanya dede bayi yang akan datang di keluarga kami.
BalasHapusterharu dan jadi pemikiran sendiri bacanya, selamat yaa Cha .. love dede dan abang Raffi Raffa