Sebagai orang tua, saya dan suami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Mulai dari jaminan kesehatan, asupan makanan hingga pemberian stimulasi sesuai usia, terus kami lakukan semampunya. Iya, semua demi anak-anak agar mereka menjadi manusia berguna bagi agama, keluarga dan negara Indonesia di masa yang akan datang.
Saya selalu percaya, keluarga adalah ruang pertama seorang anak belajar hal apapun di dunia ini. Dan sebagai orang tua, tugas kitalah memberikan pendidikan dan pemahaman yang tepat untuk anak-anak.
Saat ini dunia parenting sangatlah luas. Kalau dulu hanya praktisi yang bisa sharing di berbagai lini media, sekarang dengan perkembangan internet yang sangat luas mulai bermunculan keluarga sharenting dengan ceritanya yang lebih dinanti-nanti.
Saya juga demikian. Sebagai salah satu penggiat internet, saya pun mulai belajar literasi dengan baik dan benar. Sekarang ini banyak sekali kita dengar ada Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hampir setiap hari kita baca dan dengar tentang literasi. Sebenarnya, apa sih literasi itu?
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.(Wikipedia).
Dan ternyata ada 6 literasi yang harus kita pahami demi terbentuknya prasyarat kecakapan hidup di abad ke-21 seperti anjuran Mendikbud di tahun 2017. Yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi digital, literasi keuangan, literasi sains dan literasi budaya kewargaan. Yang kesemuanya disinergikan melalui pendidikan terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan
masyarakat.
Iya, semua literasi berawal dari keluarga dari rumah.
Sebagai keluarga mandiri, ternyata kami secara tidak sadarr memang sudah menciptakan budaya literasi tinggi pada anak-anak kami. Bahkan sudah dimulai saat mereka masih dalam kandungan, untuk dipersiapkan menjadi anak-anak yang cakap di kehidupan akan datang.
Literasi di 1000 Hari Pertama Kehidupan
Pasti kita tahu pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan itu, kan? Iya, masa yang diawali dari pembuahan ovum oleh sperma hingga bayi mencapai usia 2 tahun. Di masa ini, sebagai orang tua wajib memenuhi nutrisi dan stimulasi untuk sang buah hati. Dan ternyata, di 1000HPK ini literasi sudah kita mulai tanpa disadari.
Biasanya Ibu secara naluriah akan sering membacakan Al Quran, buku cerita atau mendengarkan musik sambil mengelus perut hamilnya. Kadang juga si Ibu suka menyebutkan harapan-harapan yang baik untuk anaknya.
Melalui literasi, sang Ibu berkomunikasi dan menstimulasi dengan bayi sehingga sang bayi paham dan bereaksi saat distimulasi. Contohnya, bayi dalam kandungan biasanya akan menendang perut Ibu tanda dia ada dan mengerti. Sesederhana itu, tapi membuat efek yang luar biasa menyenangkan bagi keduanya (Ibu dan bayi). Padahal saat itu, Ibu yang membaca tapi seakan si bayi dalam perut mengerti.
Melalui literasi penuh cinta menciptakan komunikasi dan stimulasi pada bayi
Saat si anak lahir, Ibu juga pasti akan mengajak berkomunikasi. Mulai menyentuh, menatap, mengobrol sampai mengajak bercanda si bayi yang menggemaskan. Rasanya senang saat bayi bisa membalas tatapan kita dengan matanya yang mungkin masih samar untuk melihat. Atau tiba-tiba dia menggenggam erat jari kita seakan berkata, "Jangan tinggalkan saya".
Saat menyusui juga demikian, mengajak bicara bayi itu sangat menyenangkan. Rasanya kalau bayi membalas senyum kita seneng gitu. Tapi memang bayi itu lucu sih ya, mau berpose apapun tetap menggemaskan..
Menyusui sambil mengobrol
Salah satu cara menanamkan banyak kosakata sederhana
Di keluarga saya, literasi sederhana dilakukan pada saat bayi baru lahir. Salah satunya membuatkan gantungan dengan warna kontras dengan berbagai bentuk. Saya memilih warna hitam putih karena menurut penelitian lebih mudah diterima untuk merangsang penglihatan bayi baru lahir.
Iya, saya dan suami memang penggemar swakarya atau biasa kita kenal dengan DIY (Do It Yourself). Hampir semua mainan anak-anak, kami sengaja buat sendiri. Selain kami memang senang membuatnya, ternyata anak-anak juga menyukai prosesnya. Yang pasti akan ada kenangan tersendiri dalam relung hati mereka kalau kami mencintainya.
Begitupun saat mandi, kami sengaja menempel banyak gambar, angka dan huruf pada dinding kamar mandi. Jadi sambil mandi, bayi akan melihat warna-warna cerah dinding. Semakin anak bertambah usia, kami mulai ajari menyebutkan huruf, angka dan gambar yang ada. Mandi terasa menyenangkan!
Swakarya gantungan bayi
Mandi sambil melihat banyak bentuk berwarna-warni
Baca juga :
Literasi Dasar Baca Tulis di Periode Emas Anak
Semua dimulai dari yang sederhana. Saya selalu percaya, bermain sambil belajar sangat cocok untuk usia mereka. Karena kami memang menyukai kegiatan swakarya, mengajarkan anak-anak literasi baca tulis sederhana juga kebanyakan menggunakan alat peraga. Paling tidak sedikit membiaskan suasana belajar. Karena kasihan juga kalau terlalu forsir anak, takut merasa terbebani apalagi mengingat pelajaran sekolah saat ini yang luar biasa susah.
Dan ternyata memang lebih gampang mengajarkan pemahaman dengan bermain yang identik dengan kehidupan sehari-hari mereka, sekaligus mengajarkan literasi pada anak. Seperti contohnya belanja bersama anak. Terlihat sederhana sebenarnya, tapi saya minta anak-anak untuk membuat daftar belanja sendiri. Jadi mereka akan mencari belanjaan sesuai daftar yang sudah dibuat. Anak kreatif membuat daftar belanja, sekaligus bisa paham tentang literasi keuangan dan numerasi.
Baca juga :
Tahun depan, Raffi akan masuk sekolah dasar. Untuk baca tulis sederhana,
Raffi alhamdulillah sudah bisa. Apalagi sekarang saya minta Raffi untuk menulis buku
harian. Jadi dalam seminggu biasanya ada 1-2 hari, Raffi bercerita lewat
tulisan. Tidak perlu panjang, cukup 2-3 paragraf saja secara rutin.
Dan, ternyata Raffi memang menyukai hal ini. Terbukti dia tidak pernah
telat menuliskan cerita di buku hariannya.
Saya meminta Raffi menulis cerita pengalaman di Dufan sambil bersenda gurau dengan sang adik
Salah satu tulisan sederhana Raffi di buku hariannya.
Selain literasi sederhana di atas, saya juga melakukan hal lain dalam menanamkan budaya literasi tinggi untuk anak-anak. Saya masih ingat perkataan teman, "Jangan lupa bacakan buku setiap malam untuk anak-anak". Dan itu selalu saya lakukan, biasanya anak-anak yang memilih mau baca buku cerita yang mana. Apalagi kalau baca buku soundbook, tambah senang mereka. Saya membaca, mereka memahami. Lewat cerita dan buku, seluruh hal bisa kita ajarkan.
Kebiasaan-kebiasaan sederhana ini yang kami tanamkan pada anak-anak agar mereka mengenal literasi sederhana. Yang diharapkan akan sangat berguna untuk mereka nanti.
Literasi Dasar untuk Edukasi di Dunia Internet
Berbicara terntang edukasi di dunia internet ini sangat luas. Dunia parenting di internet saat ini lebih dikenal dengan istilah sharenting, yang mana setiap orang tua bisa menceritakan apa saja yang terjadi pada keluarga mereka termasuk mendidik anak pada berbagai macam media.
Contohnya saya sendiri. Saya memilih media daring blog untuk menuliskan cerita tentang kegiatan keluarga saya. Mulai dari merawat bayi, kesehatan anak, membuat MPASI sampai tulisan tentang menggendong bayi dengan baik dan benar ada di blog ini. Apalagi dunia menggendong sangat saya sukai dan akhirnya mengambil sertifikasi Babywearing Educator dari School of Babywearing UK. Dan menurut saya, ini adalah tanggung jawab untuk menyebarluaskan masalah edukasi menggendong yang benar lewat blog. Terbukti, tulisan tentang menggendong di blog ini salah satu yang paling banyak dicari.
Jadi saya membuat banyak infografis dan tulisan seputar menggendong. Yang sebenarnya terlihat sederhana tapi tidak seserhana itu menggendong ternyata. Ada faktor keamanan dan kenyamanan yang harus diperhatikan saat menggendong bayi. Tapi karena banyak masyarakat yang belum paham, tugas kitalah memberikan infomasi tepat.
Dan saya yakin, setiap literasi yang dibuat para penggiat internet saat ini harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Itu salah satu contoh kecil dari literasi internet yang ternyata sangat luas. Ada banyak berita dan informasi yang beredar setiap harinya. Dan diri kitalah yang bisa memilih informasi yang benar dan mana yang hoax. Mana yang tidak perlu disebar luaskan dan mana yang harus diberitahukan pada khalayak ramai. Jangan sampai literasi itu malah membuat banyak pihak terpecah belah, tapi harus semakin menguatkan kita. Karena kita satu Indonesia.
Dengan literasi yang baik, orang akan paham apa yang kita sampaikan dan bermanfaat untuk banyak orang. Lakukan sederhana mulai dari rumah pada anak-anak tercinta agar mereka memiliki budaya literasi tinggi.
Saya sudah melakukan literasi sederhana penuh cinta dalam keluarga. Bagaimana literasi pada keluarga kalian? Yuk, mulai berliterasi sekarang!
#SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga
Literasi memang kudu digalakkan oleh setiap pihak ya Mak.
BalasHapusTerutama keluarga sih.
Semogaaaaaa kita tetap semangaaaattt!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Mengenalkan baca tulis sejak dini penting juga ya.. anak2 jadi suka baca sejak kecil. Manfaatnya banyak banget buat anak2..
BalasHapusKeren deh suka bikin mainan sendiri ya. Semoga anak2 kita tumbuh menjadi generasi berkualitas
BalasHapusSaya fokusnya ke Raffi .... Raffi keren, sudah mulai suka menulis. Ntar jadi blogger juga ya Raffi :)
BalasHapusSepakat mbak, suksesnya gerakan literasi nasional ini memang dimulai dari keluarga.
BalasHapusKren kalian, bikin alat peraga sendiri buat anak-anak, kreatif banget.
Skarang emang ngeri mba banyak berita hoa dan emang tugas kita sejak dari rumah untuk memberikan literasi secara merata di keluarga ya mba :)
BalasHapusKalau saya mak, mengenalkan mereka dengan buku sejak dini. Saya ajak ke toko buku, membiarkan mereka memilih bukunya. Terus membacakan. Membiasakan mereka juga untuk menulis.
BalasHapusSaya setuju gerakan literasi yang dimulai dari keluarga. Karena keluarga itu yang membentuk kebiasaan anak.
Mak Echa emang kreatif, udah ngepens sejak tahun kapan itu yg ikut lomba blog hhehe
BalasHapusAku paling suka kalau ngajak ngomong adek bayi, mbak. Apalagi begitu diajak berinteraksi gitu dapat balasan senyuman uwuuu,, emeshhhh
Wah kreatif DIY nya..bisa dicontoh idenya Mbak. Dan sepakat saya jika kita mesti melakukukan hal sederhana mulai dari rumah pada anak-anak tercinta agar mereka memiliki budaya literasi tinggi nantinya.
BalasHapusRumah jadi tempat pertama anak mengenal literasi ya mbak, terutama UMM Al madrastu ula, ibu mdrasah pertama yang mengenalkan literasi kepada anak. Barakallah mbak.echa
BalasHapusCakeeep, Cha. Memahami literasi ternyata memang gak sulit, ya. Bisa dimulai dari rumah melalui kegiatan sehari-hari yang sederhana
BalasHapusWaa inspiratif banget mbak cara mengenalkan literasi pd anak sejak dini. Terimakasij sdh berbagi.
BalasHapusSukses gerakan literasi emang dimulai dari rumah. Sejak anak anak umur 2 tahun dulu aku selalu bacain buku mereka sebelum tidur. Hasilnya anak anak suka buku. Sampai SD kelas 5 masih minta dibacain buku sebelum tidur.
BalasHapusCepatnya waktu ya... pas ketemu aku bukane sing hamile Raffa ya? Sekarang udah 3 jagoan ajah. Alhamdulillah, seneng melihat mereka sehat dan bertumbuh dg baik. Sepakat, literasi dimulai dari keluarga.
BalasHapusANak-anak udah gede2. Gak terasa ya? Padahal ketemu pas masih hamil Raffa kalo g salah. Seneng lihat anak-anak tumbuh kembangnya oke. Semoga makin pinter dan suka baca.
BalasHapussaya suka mbak echa ini termasuk emak-emak yang kreatif, senang bikin kreasi untuk anak. Iya mba, semenjak rajin nulis di internet pun saya jadi rajin nambah kosakata dan dan ikut kegiatan literasi.
BalasHapusSaya juga sudah memulainya. Dari literasi baca tulis. Anak saya sedang hobby baca komik. Gpp diikuti dulu semoga ke depan ganti bacaan ke buku-buku yang lebih berat temanya.
BalasHapustop banget deh kalua soal kreatif maminya Rafi, sampai punya usaha juga karena ke-kreatifannya. Literasi di mulai dair rumah dulu ya Insya Allah anak-anak jadi lebih mengerti
BalasHapusSetuju gerakan literasi memang hrs dimulai dr keluarga sedini mungkin. Alhamdulillah kerasa efek positifnya jejelin anak2 buku dr bayi. Mereka jd punya inisiatif baca buku, ga gadget mania
BalasHapusKak Echaaaa...
BalasHapusAku suka banget iih...kalo tulisan kak Echa mengenai parenting. Literasi ini termasuk yang aku pahami hanya membiasakan anak-anak membaca. Padahal dengan membaca, buah dari literasi membaca bisa ke lain-lain lagi yaa, kak...kaya story telling atau menuliskan kembali.
Mbayu emang jempol deh kreatifnya apa-apa bikin sendiri euy :) btw aku jadi kefikiran beliin buku diary deh buat Neyna biar kayak Raffi nulis apapun di buku makasih loh mbayu insightnya xixixi
BalasHapusMemang harus diawali dari keluarga ya budaya literasi seperti ini. Dari mulai mencintai bacaan, maka budaya literasi di masyarakat akan terpupuk dengan baik.
BalasHapusBener banget nih, literasi emang penting banget. Aku pernah ikut pelatihan ttg literasi ini, katanya anak" harus dibiasakan budaya literasi bahkan jelak 0 tahun.
BalasHapusSejak dini harus sudah diajarksn literasi baca cerita nulis ya mba of sikecil dgn Cara yg fun dn happy
BalasHapusWah ini sih perlu dicontoh. Dari lingkungan keluarga udh menerapkan budaya literasi..
BalasHapusSetuju banget dengan postingan mbak echa diatas, literasi emang harus membudaya pada anak sejak dini, agar kalo sudah besar jadi kebiasaan yang baik, bukan begitu, mbak? Good luck ya mbak.... Semangat memberikan hawa positif literasi
BalasHapus