Saya masih ingat, tahun lalu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11 Februari 2022 secara daring. Saya dan suami akhirnya mulai mencari tahu apa itu Kurikulum Merdeka sebenarnya?.
Sebagai orang tua yang memiliki anak-anak di usia sekolah, kami harus tahu apa itu Kurikulum Merdeka dan perbedaannya dengan Kurikulum Tematik yang ketika itu sudah dilalui anak-anak kami. Sebagai salah satu orang tua yang aktif di kegiatan sekolah dan POMG, kami kan penasaran dengan program baru yang ada.
Kesulitan Kurikulum Tematik 2013 pada Pemahaman Anak Lintas Mata Pelajaran Saat Pandemi
Kalau boleh jujur saat si Kakak Raffi masuk SD, saya merasa pelajaran kelas 1 sangat berbeda dengan saat saya masih SD dulu. Tapi saya berusaha mendampingi anak agar dia bisa mengerti dengan mengulang pelajaran di sekolah. Cuma memang saya akui, kalau Kurikulum Tematik itu benar-benar harus membentuk siswa lebih paham dan mengerti betul. Karena kalau sekarang dia kurang paham, yang ada saat di kelas selanjutnya maka akan tertinggal.
Tapi itu akan mudah dilakukan bila anak masuk sekolah seperti biasa. Kenyataannya, pandemi Covid-19 membuat anak-anak harus daring dan sedikit tertinggal pelajarannya. Apalagi anak saya kebetulan sekolah di SD Islam swasta yang pelajaran utama saja sangat banyak. Belum mata pelajaran keIslaman yang harus dikuasai untuk memenuhi KKM sekolah.
Dan sebagai orang tua saya memang kewalahan saat awal-awal pandemi untuk mengajari mata pelajaran di sekolah. Saya yakin semua orang tua sepakat, di sela-sela kesibukan mencari nafkah harus kreatif mengajarkan pelajaran sekolah agar anak paham.
Jadi memang Kurikulum Tematik ini terasa sulit bagi anak untuk mengejar semua mata pelajaran sekolah. Setidaknya, itu yang saya dan suami rasakan waktu itu.
Kehadiran Kurikulum Merdeka Membawa Gairah Baru untuk Belajar Lebih Fleksibel dan Berkualitas
Setelah mempelajari sedikit tentang Kurikulum Merdeka, saya jadi tahu kalau ada perpaduan antara pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler dengan penambahan penguatan Profil Pelajar Pancasila sejak dini. Hal ini sangat berbeda dengan Kurikulum Tematik 2013 yang lebih mengutamakan pembelajaran agar anak dapat memenuhi sistem nilai KKM.
Dengan sistem yang lebih sederhana dan lebih ringkas, anak akan lebih mudah memahami serta mengejar ketertinggalan pelajaran akibat pandemi kemarin. Jadi pendidikan anak-anak di Indonesia tidak kalah dengan negara lain.
Yang terasa beda adalah yang tadinya lintas mapel dipecah menjadi beberapa mata pelajaran lagi. Kalau dulu kan digabung mapel Bahasa Indonesia, Matematika, PKN, PJOK dan SBDP menjadi satu pelajaran tematik. Sedangkan sekarang di Kurikulum Merdeka, semua dipecah jadi masing-masing mata pelajaran.
Anak pun akan menjadi paham lebih mendalam dengan masing-masing mapel. Tapi karena anak saya ada di sekolah swasta Islam, jadinya ya tambah banyak mata pelajarannya. Ya semua pasti butuh proses adaptasi kan?.
Sekolah Menjadi Taman Diferensiasi Belajar Menyenangkan dengan Kurikulum Merdeka
Di sekolah, anak-anak juga lebih senang karena mereka menjadi lebih interaktif dalam hal belajar. Lalu guru juga akan lebih paham setiap anak didiknya satu persatu. Soalnya Kurikulum Merdeka ini memang mengedepankan karakteristik unik siswa yang beraneka ragam. Setiap siswa akan diajarkan sesuai tingkat pemahamannya sesuai masing-masing mata pelajarannya.
Mungkin ini akan dirasakan sulit bagi guru yang tadinya terbiasa berbasis kompetensi nilai, sedangkan capaian pembelajaran di Kurikulum Merdeka harus spesifik dengan diferensiasi belajar tiap anak. Sekali lagi, semua pasti membutuhkan proses adaptasi. Tapi kalau boleh menilai, setiap anak akan diperhatikan oleh gurunya sehingga keberhasilan pembelajaran terwujud.
Jangankan satu kelas, di keluarga saya saja tiap anak memiliki peminatan yang berbeda-beda. Perwujudan Merdeka Belajar dengan pembelajaran berdiferensiasi ini erat dengan filosofis pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara. Di mana guru akan menuntun para siswanya berkembang sesuai kebutuhan, bakat dan minatnya di sekolah.
Yang saya suka, anak sangat didukung peminatannya sangat terlihat pada anak saya. Kebetulan anak saya ada yang sangat suka kegiatan karate dan ada yang menyukai kegiatan menggambar seni. Mereka diizinkan untuk mendalami hal yang disukai dengan dukungan penuh pihak sekolah.
Bahkan anak saya diapresiasi menerima beasiswa Kemendikbud Ristek dan berkali-kali dibuat banner oleh sekolah karena prestasi di luar sekolah. Sebagai orang tua jujur bangga dan senang, bisa melihat anak berprestasi sesuai yang dia suka. Anak menjadi merdeka belajar dalam banyak hal.
Orang Tua Sebagai Among Anak, Tempat Pertama Penguatan Nilai Pancasila
Saya dan suami tentu sangat mendukung pembelajaran Kurikulum Merdeka walau dari rumah. Dengan mengadaptasi filosofi sistem Among Ki Hadjar Dewantara, kami berusaha mendukung anak sesuai hal yang mereka sukai.
Metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (Care and dedication based on love) -Sistem Among Ki Hadjar Dewantara
Dengan meningkatkan kompetensi, konten dan variasi belajar sesuai masing-masing anak, maka tujuan dukungan pembelajaran di rumah akan terwujud. Contohnya dalam hal literasi, mengingat literasi di Indonesia sangat rendah maka harus dipupuk sejak dini. Anak-anak dikenalkan buku sejak dini, sehingga pengetahuan mereka akan lebih luas.
Untuk dukungan luar sekolah, saya dan suami juga terus menyemangati anak-anak menjalani hal yang mereka sukai. Untuk kakak Raffi saya terus dukung di kegiatan karate hingga menjadi tim mewakili kabupaten tempat tinggal kami, sedangkan kakak Raffa saya terus asah dengan berbagai lomba menggambar mewarnai.
Selain itu, penguatan nilai-nilai Pancasila juga kami lakukan setiap hari. Karena saya yakin fondasi pertama anak adalah di rumah. Dengan mengajarkannya hal baik sesuai Pancasila, dia akan dapat berperilaku lebih baik, santun, dan bangga dengan Indonesia.
Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani - Ki Hajar Dewantara
Anak-anak adalah generasi bangsa yang tercipta untuk masa depan Indonesia. Saya yakin dengan Kurikulum Merdeka yang menanamkan diferensiasi pada tiap anak, mereka akan menjadi seorang yang berkembang sesuai peminatan dengan mengutamakan nilai-nilai Pancasila.
Dengan sinergi yang baik antara orang tua, guru, sekolah dan pemerintah untuk implementasi Kurikulum Merdeka berkualitas, sepertinya saya melihat masa depan Indonesia yang indah nanti. Mari kita berpegangan tangan demi Indonesia lebih baik!.
*Ditulis kembali ketika mengikuti lomba Kemendikbudristek 2023 tentang kurikulum Merdeka
Posting Komentar
Posting Komentar