Semenjak menjadi bapak rumah tangga setelah pensiun dini saat pandemi, saya dan suami jelas hanya di rumah saja. Akhirnya kami memang memutuskan untuk pindah ke desa dan belajar beradaptasi kembali yang pasti sangat berbeda saat kami di ibukota. Yah, walau desanya juga tidak jauh-jauh banget tapi tetap kami sekeluarga butuh penyesuaian termasuk anak-anak.
Di desa ternyata memang bahan baku lebih murah daripada di Jakarta. Jadi kami terutama suami sering memasak makanan sendiri. Suami yang dasarnya selama ini memang membuat food preparation untuk keluarga karena hobi masaknya jadi tambah rajin.
Iya, suami memang suka masak dari dulu. Sejak saya kenal, suami memang sudah pintar masak. Masakannya lebih enak dia daripada saya malah. Dari jaman awal kenal hingga sekarang, hampir semua masakan dia yang masak. Apalagi setelah dia pensiun, hampir semua Papih yang pegang masak dan masakan buat keluarga. Makanya saat dulu sempat jualan serundeng, suami sangat semangat. Tapi apa daya karena sibuk urusan kantor, suami memang susah membagi waktu. Ya tahu sendiri berapa lama dia harus mengaduk serundeng, bisa seharian kan agar garing dan tahan lama tapi tidak gosong.
Nah, semenjak tinggal di desa sepertinya suami memiliki nafas baru dalam hal masak-memasak. Dia semangat eksplor banyak bahan dan membuat masakan bermacam-macam setiap harinya. Setiap hari masak ada saja yang dibuat, ya saya juga suka karena pasti makan hasil masakannya kan?. Siapa sih yang tidak suka dimasakin suami?. Klop sebenarnya, saya suka makan dia suka masak.
Mulai Semangat Berkonten Ria Masak Makanan Ala Bapak-bapak
Akhirnya, pelan-pelan saya arahkan suami untuk membuat konten. Soalnya kan sayang kalau hanya masak gitu saja, kenapa tidak sekalian ditampilkan. Jadi banyak yang tahu cara masaknya juga, apalagi yang masak bapak-bapak kan jarang yang buat.
Karena selama menikah, suami memang sedikit bingung dengan hal yang saya lakukan selama ini. Maklumlah orang kantoran biasa yang tidak neko-neko, jadi kerja terima gaji selesai. Saat menikah sama saya dia kaget, kok istrinya suka nulis lalu foto-foto dan video. Bergaya pakai produk A, lalu besok produk B, begitu seterusnya. Belum lagi harus merepotkan suami untuk ijin kantor agar bisa datang event blogger.
Tapi alhamdulillah suami mengerti, karena ternyata istrinya bisa membantunya dalam finansial dengan membuat konten di blog. Dan yang penting saya memang suka dunia blogging sejak 2005 hingga sekarang. Berkaca dari saya, dia pun mulai belajar pelan-pelan.
Suami pun membuat akun Youtube memasak dan memasukkan beberapa video yang sudah dia buat. Pelan tapi pasti, subscribernya bertambah dari satu, dua, tiga, sampai sekarang jadi 1200 subscriber. Sayangnya, sampai saat ini suami masih jadi akun menyukai jadi akun anonim. Beda memang dengan saya yang membranding diri sebagai blogger. Suami lebih suka tidak terlihat kalau dia yang masak.
Beberapa masakan suami juga sering saya upload di instagram khusus makanan. Ya hitung-hitung sambil isi konten ig. Tapi suami memang melakukan bikin kontennya sendiri loh. Mulai dari menyiapkan bahannya, proses masak yang pasti ribet apalagi kalau kompor menyala hingga cara menghias penyajian. Semua dilakukan sendiri, apalagi sekarang sudah ada modal tripod jadi makin lihai memasaknya.
Dan ternyata membuat konten masakan itu tidak mudah. Yang pertama merencanakan membuat apa, karena bakal ngaruh sama bahan yang akan digunakan. Dan tentu ini juga berhubungan sama biaya yang akan suami keluarkan. Lalu dia juga harus cek tempatnya harus bersih, bahan yang dipakai harus dipilih yang baik, kompor bersih dan perlengkapan dapur yang dipakai. Karena makanan kan visual yang dilihat, ada lalat sebiji saja sudah tidak bisa. Perlengkapan kotor juga orang pasti malas melihatnya, betul tidak?
Semua dilakukan sendiri di dapur sederhana ala desa di rumah saya. Jadi sebelum membuat konten, suami harus bersih-bersih dulu perlengkapan yang akan digunakan. Lalu menyiapkan bahan-bahannya dan mulai masak satu persatu secara detail. Setelah membuatnya, baru diedit terlebih dahulu. Biasanya suami edit videonya saat malam hari sambil santai ngopi.
Suami memang otodidak belajar berkonten ria selama ini. Saya hanya bagian menyarankan dan mengajari sebentar, setelah itu suami bisa melanjutkan serta berkreasi tanpa batas sesuai yang dia suka. Tidak heran kalau subscribernya jadi semakin banyak, walau masih belum memperlihatkan sosok suami selama ini. Karena memang lebih tujuan membuat akun YouTube itu untuk konten masak dan menambah penghasilan lewat adsense. Tapi yah, dia berhasil membuatnya dengan baik. MasyaAllah.
Berkreasi Maksimal Berkat Internet Provider IndiHome Walau di Desa
Saya dan suami juga bersyukur, walau hidup di desa ternyata kami tetap bisa berkreasi serta berkonten ria dengan cukup baik. Tadinya sempat skeptis, apakah di pelosok desa jaringan internet masuk? Apakah lancar saat streaming? Apakah masih bisa berinternet seperti ketika di Jakarta?. Banyak pertanyaan, mengingat ini pertama kalinya kami memutuskan untuk menjadi content creator tapi tinggal di desa. Mana di kanan kiri semua sawah dan jalan setapak, apa bisa internet terjangkau?.
Tapi alhamdulillah, kekhawatiran saya dan suami hilang begitu saja berkat lancarnya Internet Provider di desa kami. Iya, karena kami menggunakan IndiHome yang bisa membuat semua impian dan pekerjaan menjadi lancar sebagai seorang content creator. Bahkan menjadi satu-satunya Internet Provider yang memiliki kecepatan akses internet tinggi hingga 300Mbps di pelosok.
Makanya semenjak pindah ke sini kami menggunakan IndiHome agar bisa bebas berkonten ria secara maksimal. Dengan teknologi fiber optic, produk dari Telkom Indonesia ini juga bisa dihubungkan ke berbagai layanan televisi dan beberapa perangkat. Jadi tidak boros memang, saya sekeluarga bisa menikmati internet dengan mudah dan cepat tentunya.
Dengan banyaknya fitur IndiHome dari Telkom Indonesia ternyata tidak membuat harganya mahal. Kalau dikalkulasikan malah lebih irit. Saya setiap hari bisa internetan dengan baik, anak-anak bisa streaming YouTube dan les coding, serta suami juga bisa membuat konten masaknya dengan mudah. Mau posting apa saja bisa pokoknya!.
Ternyata banyak yang bisa kami lakukan di desa, bukan hanya memperkenalkan desa tempat tinggal kami saja tapi juga tetap bisa membuat banyak karya yang baik. Iya, sudah tiga tahun terakhir kami bersama IndiHome untuk optimalisasi diri menjadi content creator.
Suami dengan masakannya dan saya dengan blog kesayangan echaimutenan ini. Memang butuh ketekunan banyak, tapi kami berdua yakin untuk menghadapinya bersama. Apalagi ada IndiHome, mau membuat konten apa saja bisa terwujud.
Bukankah dimana ada kemauan disitu ada jalan?. Jadi jangan menyerah walau hanya di desa, tapi maksimalkan apa yang bisa kita buat di desa ini. Salah satunya seperti kami menjadi keluarga content creator yang bahagia. Jadi, hayo semangat!.
Berkonten ria tanpa batas? Siapa takut? Kan ada IndiHome #InternetnyaIndonesia internet provider yang akan mewujudkan #AktivitasTanpaBatas!. Jangan cuma bermimpi, wujudkan sekarang juga!.
Udah nonton luwes banget alias nggak kaku suami mbak Echa masak, hasilnya juga menggoda sukses bikin lapar ...cucok jadi content creator
BalasHapusWah ternyata suaminya pinter masak jadi tergiur lihat masakannya. Luar biasanya ia mau belajar secara otodidak, bangga enggak tuh sama suaminya. Jarang ada yang mau belajar dan ke dapur cowok tuh. Untuk menunjang belajar memasak dan jadi konten kreator memang internet berperan penting. Terima kasih informasinya!
BalasHapus