Disclaimer: Ini tidak general semua pelayanan sama semua seperti ini, jadi pure hanya yang saya alami pribadi saja. Dan tentunya tidak semua pelayanan dan nakes yang saya temui seperti ini, ada banyakkkk yang juga lebih baik ^^.
Fyuh setahun yang penuh tantangan 2023 ini, tidak terasa sebentar lagi sudah waktunya mau berubah tahun saja ya hehe. Tapi memang tahun ini sesuatu banget, eh nggak ding dari 2022 semenjak saya sakit memang sudah banyak berubah. Saking banyaknya, saya sampai lupa sudah berapa liter yang saya hasilkan dari derai tangis. Eaaaaaaa. Mulai lebayyy!.
Sebenarnya di challenge kali ini tadinya tidak mau nulis tentang masalah kesehatan seh. Apalagi mau menyalahkan BPJS dan tenaga kesehatan. Karena senggak nyamannya pun, saya tetap terbantu dengan BPJS. Heiii, BPJS gak gratis ya. Saya bayar mandiri, catet! Bukan dibayar negara! Tolong catet itu di note pertama walau di kelas tiga hehehe. Kan semampunya kita kaaaan secara keluarga di sini banyak.
Jadi tulisan ini tercipta gara-gara yang tadinya mau produktif nulis banyak ditlen hari ini jadi gagal. Karena saya tepar habis fisioterapi mingguan. Iya, rencana saya gagal semua semua karena susah bangun dari tidur. Huft, akhirnya baru enakan saat sore. Dan yah baru bisa update challenge ini lagi.
Kita sudah tahu ya, sehat itu mahal. Saking mahalnya, semua harta itu percuma kalau kita tidak sehat. Serius ini. Seperti yang saya bilang di postingan sebelum-sebelumnya, biaya berobat sakit itu bukan cuma biaya rumah sakit saja. Tapi juga hal lainnya. Akomodasi, biaya makan, dll di luar biaya harian yang biasa kita keluarkan. Iya, jadinya membengkak.
Selain biaya, tentu perasaan hati dan badan juga diuji. Bukan cuma yang sakit saja, tapi yang tidak sakit juga terbawa hal negatifnya dari yang sedang sakit. Tahu tidak yang jagain orang sakit itu lebih capek. Karena kadang berpikiran positif itu berat dan harus terus dijaga semangatnya. Dan menjaga banyak orang di sekitar kita untuk terus berpikiran positif itu susah. Yah anggap + ketemu - jadinya ya - huhuhu.
Dan cerita sakit ini pun sama, apalagi kita harus bolak balik pergi ke rumah sakit, ke sana ke sini. Haduh rasanya capek banget dan tentunya jadi buat marah saja perasaan.
Beneran, kalau BPJS itu manusia, tak suruh minta maaf sama orang-orang yang ikhtiar ingin sembuh tapi dipersulit atau diputar ke sana ke sini. Nyebelin banget sumpah, tapi apa daya mampunya kami sekarang memang pakai BPJS untuk sembuh. Maklumlah saya kan bukan siapa-siapa yang bisa pakai jalur langit untuk mendapatkan pelayanan terbaik :"(.
Apalah daya orang miskin kek saya bisanya cuma BPJS kelas tiga saja :"). Tapi ya tidak apa-apa kan kudu sabar ya. Oh iya, tidak ada yang bilang kalau BPJS jelek ya, untuk sekarang yang terjangkau buat saya sekeluarga ya BPJS memang. Dan hampir semua layanan BPJS saya pakai, banyak terbantunya seh tapi ya banyak harus ngelus dada juga kudu sabar.
Kalau boleh minta BPJS itu manusia, saya ingin dia minta maaf karena tiga hal di bawah ini!. Apa sajakah itu? Hayuk lanjut bacanya.
1. Kudu minta maaf karena sudah membiarkan pasien lama menunggu antrian rumah sakit
Saya tahu yang berobat itu sangat banyak. Dan seperti pepatah dari BPJS harus sabar mengantri. Iya mau tidak mau kita harus rela memaafkan antriannya yang lama. Pengalaman saya kalau ke rumah sakit itu berangkat subuh. Antrian jam 8 sudah ambil nomer nunggu dulu setelah itu antri lagi nunggu dokter yang kadang-kadang jam 10 baru datang. Setelah itu antri lagi dan saya baru diperiksa jam 11 yang tidak lebih dari 5-10 menit. Ya gimana mau maksimal kan pasiennya banyak.
Lagi-lagi saya harus sabar memaafkan lagi toh. Sampai di sana selesai? Tentu tidak! Saya masih harus antri untuk tindakan lanjutan biasanya dan setelah itu saya baru bisa ambil obat. Selesainya jam berapa? Biasanya jam 3 sorean sampai rumah sakit yang tadinya rame jadi sueeeeepi banget. Baru saya pulang dan sampai rumah jam 7-8 malam.
Capek? Banget! Antrinya lama banget! Saya kan tidak bisa duduk lama, jadi harus tiduran. Bed pasien biasanya penuh antrian rawat jalan, jadi saya memilih tiduran di lantai saja enak. Makanya kalau nunggu rumah sakit biasanya saya bawa tikar buat selonjoran enak. Dan saya sudah tidak malu, karena tidak cuma saya yang gitu. Ada banyak yang melakukan hal yang sama kayak saya.
Mbok yaaaa kenapa tidak menciptakan sistem antrian BPJS dan rumah sakit yang lebih fleksibel. Jadi tidak luntang lantung nunggu antrian lama. Kebayang tidak bagaimana cengoknya selama menunggu itu. Kalau 1jam sih okelah ya, kalau case saya bisa sampai nunggu 4 jam hanya untuk diperiksa tidak lebih dari 5 menit apa itu nggak menyebalkan?.
2. Minta maaf karena jarak yang jauh dan ribetnya ampun-ampun
Dalam case saya, jarak yang jauh dan kurangnya alat itu suka jadi masalah. Makanya kenapa saya dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap walaupun jauh. Nggak tanggung-tanggung 4 jam kalau dari rumah, jadi kalau saya pulang pergi butuh 8 jam cuma buat di perjalanan saja. Capek? Pasti. Jangan ditanya.
Mbok ya tiap rumah sakit, apalagi di daerah itu dilengkapi fasilitasnya. Kan lebih enak jadinya. Pasien yang bokek dan kere kayak saya jadi lebih santai berobatnya. Karena pergi ke sana juga kan butuh MONEY MONEY MONEY. Duit. Iye, butuh duit booo!. Pergi itu gak cukup kalau cuma bawa uang 500ribu. Belum makan dll masyaAllah, kudu siapin sejuta kalau buat ke rumah sakit yang lebih besar. Huhu. Ya gimana bukan sultan jadi berasa kan!.
Tapi lagi-lagi posisi saya sebagai pasien yang butuh ikhtiar untuk kesembuhan mengharuskan untuk bisa semangat menjalaninya dan bisa sabar memaafkan.
3. Kudu minta maaf karena memberikan pengobatan tidak maksimal
Salah diagnosa, dijudge macem-macem sama nakes pasti akan membuat hati tambah down, perlakuan kurang menyenangkan, salah tindakan, dll biasanya dihadapi orang yang menggunakan rumah sakit. Banyak banget kan biasanya. Saya sendiri tahu, tidak ada yang ingin sakit. Dan tidak ada yang mengatakan kalau ke rumah sakit itu menyenangkan. Yo mana yang mau ke rumah sakit. Mending sehat kan? Tapi kalau dalalah sudah sakit ya mau bagaimana lagi, kudu tetap dijalani kan dengan ikhlas.
Contohnya kejadian hari ini. Tahu tidak? Saya itu tadi salah tindakan. Harusnya dibagian pinggang saya tidak perlu disetrum NMES, tapi ternyata disetrum dong. Bukannya malah enak, malah bikin saya tidak bisa bangun. Baru bangun sore saking sakitnya. Harusnya setelah fisio enakan ini malah sampai nangis-nangis.
Bukan hanya itu saja, tadi pas di NMES kaki juga gitu. Dimana-mana selama disetrum pakai alat itu setrumnya dari kecil dulu baru dinaikkan perlahan. Pas saya tadi langsung tinggi sampai nangis sakit, iya dulu pas kaki kiri kekuatannya nol sekarang kekuatan kaki saya udah lumayan ngerasa kan jadi sakittt bener. Sampai teriak malah huhu.
Bukannya tambah sehat yang ada tambah sakit aja huhuhu. Serius. Dan ini yang buat saya kadang males fisio atau cari dokter yang memang cocok dengan diri. Karena apa ya, kita kan sama bayar walau BPJS. Atau apa karena BPJS jadi berbeda. Jangan ditanya berapa kali saya dan suami rasanya mau adu pendapat sama berantem sama nakes. Kesellll. Belum lagi kalau lihat nakes faskes yang main hp huhuu.
BPJS kudu minta maaf ini sama pasien yang pasti banyak mengalami bukan cuma saya saja. Huhuhu.
Dah lah banyak banget rasanya kalau disuruh cerita kudu sabar memaafkan versi BPJS ini. Kitanya aja yang kudu banyak elus-elus dada agar kuat menghadapi cobaan BPJS ke depannya. Tapi, lebih baik doanya tidak pakai BPJS sih ya. Soalnya biar tidak mengalami seperti saya ini. Lebih baik sehat pokoknya.
Baiklah, itu cerita ngalor ngidul saya malam ini demi challenge KEB hari ke-5. Yang pasti kalau lagi sakit harus banyak memaafkan biar tidak tambah sakit. Karena kalau tetap pakai emosi yang ada kacau deh! Bukannya tambah sehat tapi tambah keok tambah sakit jadinya. Semoga BPJS lebih baik lagi ke depannya ya.
Jadi mari kita berdoa semoga semua sehat kita sekeluarga biar BPJSnya tidak terpakai. Aamiin.
Tidak ada orang yang mau sakit. Satu-satunya kegiatan menyenangkan ke rumah sakit itu adalah saat hamil dan melahirkan saja, sisanya berat rasanya. Semoga sehat selalu.
Bukan BPJS namanya kalau nggak bikin orang susah. Kalau bisa susah, kenapa dibuat mudah mungkin itu prinsip mereka. Ampun dah emang.
BalasHapusTapi untuk urusan antrian, akhirnya kalau di Bandung sih cerdas juga menggunakan sistem online dengan aplikasi mobile JKN. Jadi sejak dapat rujukan dari faskes 1, datanya langsung masuk online ke rumah sakit rujukan. Kita cukup daftar online untuk memastikan hari kedatangan dan jam kedatangannya. Terharu juga akhirnya ngerasain di Rumah Sakit tanpa ngantri. Datang, nunggu 1-2 orang karena pas jadwalnya, langsung diperiksa, dan bisa pulang hanya dalam 30 menit saja. Duh... mbok ya dari dulu dibuat begitu sistemnya.
Mudah-mudahan bisa begitu di seluruh rumah sakit di Indonesia.
Memang banyaj yang begitu rs. Aku dulu ke rs A tp ya itu pasiennya banyak dan pelayanan kurang dan nakesnya judes2. Akhirnya pindah ke rs B , lbhnyaman . Mau ke rs daftar online sebelumnya , jadi sudah punya nomer antri. Tinggal lihat dokternya datang jam berapa, kita datang jam sejian . Jd gak banyak nunggunya
BalasHapusTurut prihatin mba dengan pengalaman hari ini. Semoga bisa segera baikan yaa. I feel you. Soal antrian ini memang harus ekstra sabar ya. Apalagi kalau RSUD.
BalasHapusSekarang aku pilih ke RS swasta yang lebih dekat, dengan sistem antrian sudah online. Lumayan lah antrinya berkurang, tapi tetap nunggu dokter yang datang telat 😂 sabar yang panjangggg pokoknya 👌