Di pelosok Indonesia, masalah akses kesehatan kerap kali menjadi tantangan besar bagi ibu dan bayi. Salah satu yang merasakan kerasnya perjuangan ini adalah Bidan Rosmiati, perempuan kelahiran Riau yang bekerja di pedalaman Indragiri Hilir, Riau. Sejak 2008, Rosmiati telah mengabdikan hidupnya untuk membantu ibu dan bayi di daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan yang sangat terbatas.
Tinggal di kota besar, mungkin kita tak kesulitan mendapatkan akses kesehatan kapan pun dibutuhkan. Namun bagi masyarakat di desa terpencil, jarak dan medan menuju rumah sakit merupakan rintangan tersendiri. Akibatnya, banyak ibu hamil yang tidak mendapatkan pemeriksaan rutin, dan angka kematian ibu dan bayi meningkat. Rosmiati, seorang bidan yang penuh empati dan dedikasi, melihat langsung kondisi ini dan bertekad untuk membuat perubahan nyata bagi mereka.
Sebuah Gagasan Sederhana yang Berdampak Besar Dengan Program Tabungan Ibu Bersalin (TIB)
Rosmiati ditempatkan di Desa Tunggal Rahayu Jaya, Kecamatan Teluk Belengkong, di mana listrik hanya tersedia beberapa jam sehari. Di tempat ini, tak jarang ia harus berjuang untuk merujuk pasien ke RSUD terdekat, sering kali harus menempuh perjalanan panjang menggunakan perahu melintasi sungai. Suatu kejadian yang sangat membekas baginya adalah ketika seorang ibu hamil meninggal di perjalanan karena kondisi transportasi yang tidak memadai.
Kejadian inilah yang melahirkan ide Program Tabungan Ibu Bersalin (TIB) pada tahun 2009. Rosmiati menggagas program tabungan sukarela bagi para ibu hamil untuk mempersiapkan dana darurat persalinan, yang mencakup biaya transportasi ke rumah sakit. Bersama perangkat desa, kader posyandu, dan anggota PKK, ia berhasil menggerakkan masyarakat untuk turut serta dalam TIB dengan iuran minimal Rp350.000 per kehamilan. Jika dana tidak terpakai, tabungan tersebut akan dikembalikan kepada pemiliknya.
TIB disambut baik oleh masyarakat desa. Dengan adanya tabungan ini, ibu-ibu hamil merasa lebih aman karena memiliki jaminan transportasi yang layak jika sewaktu-waktu harus dirujuk ke rumah sakit. Dalam lingkungan dengan fasilitas kesehatan terbatas, program sederhana ini terbukti menyelamatkan banyak nyawa.
Tabungan Dana Sehat Sebagai Kepedulian yang Berkelanjutan untuk Seluruh Desa
Melihat dampak positif dari TIB, Rosmiati tidak berhenti di situ. Ia memperluas programnya dengan meluncurkan Tabungan Dana Sehat (TDS), yang mengajak setiap kepala keluarga (KK) menyisihkan Rp2.000 per bulan. Dana ini dialokasikan sebagai bantuan sosial untuk transportasi kesehatan bagi warga yang membutuhkan. Dengan TDS, warga yang jatuh sakit, bahkan dalam kondisi darurat sekalipun, dapat mengakses layanan kesehatan tanpa khawatir soal biaya perjalanan.
Program TDS menjadi solusi untuk mengatasi kendala jarak dan biaya yang sering kali menghalangi warga desa mendapatkan perawatan kesehatan yang layak. Rosmiati memahami bahwa kesehatan bukan hanya soal ketersediaan fasilitas, tapi juga tentang akses yang merata. Melalui program ini, ia berhasil membangun sistem solidaritas sosial yang berkelanjutan bagi desanya.
Pengakuan dan Penghargaan atas Dedikasi Tak Tergoyahkan
Dedikasi Rosmiati yang tiada henti dalam membantu ibu dan bayi di pelosok membawa dampak yang besar. Inisiatifnya mendapat pengakuan dari PT Astra International Tbk melalui penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2012. Saat itu, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Indragiri Hilir mendaftarkan Rosmiati untuk penghargaan ini, mengingat dampak besar yang dihasilkan dari programnya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Penghargaan ini menjadi titik balik bagi Rosmiati untuk terus berjuang. Tak hanya itu, ia bahkan mendedikasikan namanya untuk anaknya yang lahir saat itu, Astra, sebagai simbol rasa syukur dan harapan agar anaknya kelak meneruskan semangat berbagi yang sama.
Pada tahun 2016, Rosmiati juga menerima penghargaan "Pahlawan Kesehatan" dari MNC dalam program “Pahlawan untuk Indonesia.” Penghargaan ini mengakui perannya dalam mendorong kesehatan ibu dan anak, meskipun dihadapkan dengan keterbatasan fasilitas di wilayah terpencil.
Sebuah Inspirasi untuk Masa Depan yang Lebih Inklusif
Bidan Rosmiati menjadi simbol bagaimana sebuah inisiatif sederhana dapat memberikan dampak berkelanjutan bagi banyak orang. Melalui TIB dan TDS, ia telah berhasil mendorong masyarakat untuk saling peduli dan mendukung satu sama lain dalam menjaga kesehatan.
Dengan ketulusan dan pengabdian, Rosmiati menunjukkan bahwa di tengah segala keterbatasan, kebaikan dapat terus tumbuh dan berkelanjutan. Ia membuktikan bahwa setiap individu bisa memberikan kontribusi nyata bagi lingkungannya, tidak peduli seberapa kecil atau terpencil tempat itu berada.
Cerita Rosmiati mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan akses kesehatan masih panjang. Namun, selama ada orang-orang seperti Rosmiati yang rela berkorban demi kesejahteraan bersama, harapan itu selalu ada. Ia menjadi inspirasi bagi para tenaga kesehatan, masyarakat, dan bahkan pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
Motto hidupnya, “Buat apa kita hidup kalau tidak bermanfaat untuk orang banyak,” bukan sekadar kata-kata kosong. Dengan tindakan nyatanya, Rosmiati telah menyentuh dan mengubah banyak kehidupan di sekitarnya.
Terus Melangkah Bersama Menuju Kesehatan Indonesia yang Berkelanjutan
Kisah bidan Rosmiati menjadi pengingat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dengan kerja sama, dedikasi, dan semangat untuk berbagi, Rosmiati bersama masyarakat desa membuktikan bahwa keberlanjutan kesehatan dapat terwujud di mana saja. Di masa depan, semoga semakin banyak sosok seperti Rosmiati yang menginspirasi kita untuk terus berjuang adil bersama demi Indonesia yang lebih sehat.
Posting Komentar
Posting Komentar