Membangun Rumah Literasi Indonesia, Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan

Posting Komentar
Membangun Rumah Literasi Indonesia Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan

Di sebuah desa kecil di Banyuwangi, tepatnya di Dusun Gunung Remuk, sebuah cahaya perubahan lahir dari tekad dan mimpi seorang pria bernama Tunggul Harwanto dan istrinya. Mereka mendirikan Rumah Literasi Indonesia, sebuah wadah pendidikan alternatif yang tidak hanya mengenalkan literasi baca tulis, tetapi juga merangkul pemberdayaan komunitas melalui literasi. Visi mulia ini berkembang dari impian sederhana menjadi gerakan berkelanjutan yang kini telah menginspirasi banyak orang.

Keresahan yang Mengubah Arah


Banyuwangi, pada tahun 2011, menghadapi tantangan besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik setempat, sekitar 99,49% anak usia 7-12 tahun di daerah ini tidak melanjutkan pendidikan mereka. Anak-anak usia 13-18 tahun juga mengalami nasib serupa, sebagian besar harus berhenti sekolah dan bekerja di pelabuhan sebagai tenaga kasar. Selain itu, angka pernikahan dini dan kekerasan dalam rumah tangga cukup tinggi. Kondisi sosial dan ekonomi yang stagnan inilah yang menjadi latar belakang berdirinya Rumah Literasi Indonesia.

Kondisi yang memilukan ini mengetuk hati Tunggul Harwanto. Sebagai seorang pendidik dan pegiat sosial, Tunggul tidak bisa berdiam diri melihat anak-anak di sekitarnya kehilangan kesempatan untuk masa depan yang lebih baik. Pria kelahiran Jembrana 5 Januari 1987 ini bersama sang istri memulai merintis sebuah ruang untuk literasi di Dusun Gunung Remuk, sebuah tempat di mana anak-anak bisa belajar, membaca, dan meraih harapan baru.

Rumah Literasi Indonesia: Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Pendidikan

Membangun Rumah Literasi Indonesia Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan

Rumah Literasi Indonesia didirikan pada tahun 2014, dimulai dari sebuah kandang sapi dan gubuk sederhana yang diubah menjadi ruang belajar. Semula, banyak warga yang skeptis dengan gagasan ini. Namun, dengan tekad yang kuat dan dedikasi tanpa henti, Tunggul berhasil menunjukkan bahwa literasi dapat menjadi kunci perubahan. Anak-anak yang semula enggan belajar, mulai datang ke Rumah Literasi Indonesia setiap sore untuk membaca dan mendapatkan pendidikan tambahan.

Apa yang dilakukan Tunggul bukanlah semata-mata tentang buku dan bacaan, tetapi juga membangun karakter, memberikan ruang bagi anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan yang positif, dan mengajak mereka bermimpi besar. Seiring berjalannya waktu, Rumah Literasi Indonesia semakin berkembang. Bukan hanya menjadi pusat literasi, tetapi juga ruang pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program edukatif.

Gerakan Literasi yang Berkelanjutan

Membangun Rumah Literasi Indonesia Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan

Sejak awal berdirinya, Rumah Literasi Indonesia telah meluncurkan beberapa program yang sangat berpengaruh. Salah satu yang paling besar adalah Gerakan 1000 Rumah Baca, yang bertujuan untuk mendirikan 1000 rumah baca di seluruh Indonesia. Hingga kini, sudah ada 50 rumah baca yang tersebar di pedesaan Banyuwangi, dan target 1000 rumah baca masih menjadi mimpi yang ingin diwujudkan oleh Tunggul dan para relawan. Program ini memberikan akses literasi bagi masyarakat yang tidak memiliki sarana pendidikan formal dan memperkuat peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik melalui membaca.

Selain itu, ada juga Book Buster, sebuah program yang menghimpun donasi buku untuk didistribusikan ke pelosok desa. Dengan bekerja sama dengan klub motor, buku-buku ini diantar langsung ke anak-anak yang membutuhkan. Melalui kegiatan ini, kesenjangan akses terhadap buku bacaan semakin berkurang.

Program Wisata Literasi menjadi salah satu inovasi terbaru di Rumah Literasi Indonesia. Dalam program ini, anak-anak diajak untuk belajar literasi melalui pengalaman langsung di alam. Mereka diajak ke kebun untuk melihat berbagai tanaman dan mengenal budidaya lobster, menjadikan literasi tidak hanya terbatas pada buku, tetapi juga pada keterampilan hidup.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Membangun Rumah Literasi Indonesia Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan

Kunci keberhasilan Rumah Literasi Indonesia terletak pada kolaborasi. Sejak awal, Tunggul percaya bahwa gerakan literasi ini tidak bisa berjalan sendiri. Dengan melibatkan masyarakat, relawan, pihak swasta, dan pemerintah, ia berhasil menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Bahkan, gerakan ini sudah menarik perhatian pihak-pihak luar negeri yang ingin belajar dari model literasi berbasis komunitas ini.

Dengan dukungan banyak pihak, Tunggul Harwanto terus memperjuangkan mimpi besarnya untuk membentuk 1000 Rumah Baca di seluruh Indonesia. Perjalanan ini tidaklah mudah, tetapi melalui kerja sama, mimpi tersebut semakin mendekati kenyataan.

Perjuangan Tunggul memanglah tidak sia-sia. Bahkan beliau menjadi penerima Satu Indonesia Awards Tahun 2020 tingkat Provinsi. UNICEF pun memberikan bantuan buku dan beberapa perlengkapan membaca yang dibutuhkan untuk program Rumah Literasi Indonesia.

#BersamaBerkaryaBerkelanjutan: Menyongsong Masa Depan Literasi Indonesia

Membangun Rumah Literasi Indonesia Dari Kandang Sapi Menjadi Pusat Literasi Berkelanjutan
Saya saat berkunjung ke Rumah Literasi Indonesia

Rumah Literasi Indonesia adalah contoh nyata bagaimana literasi bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan. Tunggul Harwanto membuktikan bahwa melalui pendidikan, generasi muda Indonesia dapat diberdayakan dan dibimbing menuju masa depan yang lebih cerah.

Gerakan literasi ini adalah sebuah bentuk kontribusi nyata dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Tidak hanya melahirkan generasi yang gemar membaca, tetapi juga menciptakan masyarakat yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Kolaborasi menjadi inti dari setiap langkah yang diambil oleh Tunggul dan Rumah Literasi Indonesia.

Dengan semangat #KitaSATUIndonesia, Rumah Literasi Indonesia akan terus berjalan. Mimpi Tunggul untuk membangun 1000 Rumah Baca adalah mimpi bersama kita semua. Melalui kolaborasi dan kerja keras, kita dapat menciptakan generasi Indonesia yang lebih cerdas, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Rumah Literasi Indonesia bukan sekadar tempat membaca, tetapi simbol harapan, perubahan, dan keberlanjutan bagi generasi mendatang. Bersama-sama, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik melalui literasi.

Perjalanan dan wawancara saya saat berkunjung ke Rumah Literasi Indonesia

Related Posts

Posting Komentar